Namun, tahun ini ada kisah berbeda, seorang wisatawan asal Prancis, Mathias, larut sepenuhnya dalam kemeriahan pesta rakyat tersebut.
Tidak hanya menyaksikan perahu-perahu jalur perkasa yang membelah sungai, Mathias memilih tinggal selama sepekan penuh di Kuansing. Ia berbaur dengan warga, menikmati keramahan, hingga merasakan kehangatan budaya lokal.
“Seminggu di Kuansing bukan hanya tentang Pacu Jalur, tapi juga cerita dan kenangan. Yang bisa saya unggah hanya 10 persen, sisanya saya simpan di hati. Terima kasih atas semua kebaikan dan kehangatan warga. Sampai jumpa tahun depan,” tulisnya dalam akun Facebook pribadinya.
Ungkapan tulus itu membuat warganet Indonesia bangga. Bagi Mathias, Pacu Jalur bukan sekadar tontonan wisata, melainkan perjumpaan dengan budaya yang hidup dan dijaga masyarakat.
Ia berjanji akan membawa cerita tentang Kuansing kepada keluarga dan sahabatnya di Eropa.
Kehadiran wisatawan mancanegara seperti Mathias menjadi bukti bahwa Pacu Jalur telah melampaui batas lokalitasnya.
Tradisi yang dulunya hanya dirayakan sebagai pesta rakyat Kuansing kini semakin menguatkan posisinya sebagai warisan budaya yang mampu menarik perhatian dunia. (*/Boy)
