RIAUTODAYS, INHIL – Tiga kata kunci menggema dalam Sidang Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) dalam rangka Milad ke-60 tahun: inovasi, efisiensi, dan pemerataan.
Tiga kata itu bukan sekadar slogan, melainkan seruan perubahan yang dilontarkan langsung oleh Ketua DPRD Inhil, Iwan Taruna, S.T., M.M., dalam sidang yang digelar Sabtu (14/6/2025).
Sidang paripurna yang dilaksanakan di ruang utama gedung DPRD itu menjadi lebih dari sekadar agenda tahunan. Ia menjelma menjadi forum refleksi dan pemicu arah baru pembangunan Inhil.
Di usia yang kian matang, kabupaten ini ditantang untuk tidak hanya mempertahankan capaian, tetapi juga melampaui batas-batas lama dengan gebrakan baru.
“Usia 60 tahun adalah momentum introspeksi. Kita harus berani mengevaluasi, dan yang paling penting: menyusun langkah cerdas menghadapi masa depan,” ujar Iwan dalam pidato penuh muatan strategisnya.
Dalam sambutannya, Iwan memetakan fondasi yang menurutnya akan menopang kemajuan Inhil ke depan. Pilar pertama adalah inovasi, khususnya dalam tata kelola pemerintahan dan pelayanan publik. Kedua, daya saing ekonomi, yang tak lagi bisa hanya mengandalkan sumber daya alam semata, tetapi harus berbasis potensi lokal yang diperkuat teknologi. Dan ketiga, pemerataan pembangunan yang menyentuh hingga ke desa dan wilayah pesisir.
“Tidak boleh lagi ada pembangunan yang hanya terkonsentrasi di pusat kabupaten. Desa dan pinggiran adalah ujung tombak pemerataan,” tegasnya.
Iwan juga mengingatkan pentingnya efisiensi anggaran. Merujuk pada Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja pemerintah, ia menekankan bahwa setiap rupiah dari APBD harus punya gema langsung ke rakyat.
“APBD bukan alat pencitraan, melainkan instrumen perubahan. Tidak ada ruang lagi untuk program yang hanya bagus di atas kertas,” tandasnya.
Di tengah tantangan fiskal, DPRD berkomitmen untuk menjadi mitra kritis sekaligus produktif bagi eksekutif. Bukan hanya mengawasi, tetapi juga menawarkan solusi dan menjadi bagian dari proses transformasi.
Iwan Taruna menutup pidatonya dengan penegasan bahwa DPRD tidak boleh pasif. Lembaga legislatif harus hadir sebagai motor penggerak yang mendorong kebijakan pro-rakyat – terutama dalam sektor-sektor krusial seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar, dan pemberdayaan ekonomi rakyat.
“Kami tidak ingin hanya menjadi penjaga anggaran. Kami ingin menjadi bagian dari perubahan itu sendiri,” ujarnya penuh semangat.
Paripurna Milad kali ini menandai transisi: dari euforia ulang tahun ke babak baru perjuangan daerah. Di tengah perubahan iklim global, disrupsi digital, dan dinamika sosial-ekonomi, Inhil tak bisa lagi melangkah biasa-biasa saja. Ia harus berani keluar dari zona nyaman, mengarusutamakan sinergi, dan membangun dari akar.
Usia hanyalah angka, tapi visi adalah arah. Dan di usia 60 tahun ini, Inhil memilih tidak sekadar mengenang sejarah, tetapi menciptakan masa depan. (Adv)