Di desa ini, jalan kabupaten yang seharusnya menjadi urat nadi pergerakan masyarakat justru bak jalan tak bertuan.
Kondisinya kian memprihatinkan: berlubang besar, berdebu saat kemarau, dan berubah menjadi kubangan saat hujan.
Bagi pengendara roda dua maupun roda empat, melintasi jalan ini bukan lagi soal kenyamanan, melainkan perjuangan agar tidak celaka.
Ipen (60), salah seorang warga yang sudah puluhan tahun melintasi jalur tersebut, mengaku tidak pernah sekalipun melihat ada perbaikan berarti dari pemerintah.
“Tolonglah kami masyarakat di bawah ini. Kalau masyarakat yang harus memperbaiki, duit dari mana mau diambil?” ucapnya dengan nada lirih, Selasa (16/9/2025).
Menurutnya, jalan yang penuh lubang itu telah menjadi saksi jatuhnya pengendara hampir setiap hari.
“Setiap lewat harus ekstra hati-hati. Banyak yang jatuh karena lubang tertutup genangan air,” imbuhnya.
Dengan senyum getir, Ipen menambahkan, “Mungkin pemerintah daerah sudah lupa kami di dalam ini. Ya maklumlah, rakyat kecil selalu jadi korban janji politik semata.”
Warga pun menaruh harapan besar kepada Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi, khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, agar segera turun tangan.
“Pak Bupati Kuansing, perbaikilah jalan Banjar Benai ke dalam,” pinta Ipen dengan wajah kecewa.
Ironi ini menjadi pengingat: pembangunan bukan hanya soal proyek besar yang terlihat dari pusat kota atau dari balik gedung megah, melainkan juga tentang jalan kampung yang setiap hari dilalui rakyat kecil. Karena bagi mereka, jalan yang layak bukan sekadar infrastruktur, melainkan urat nadi kehidupan. (Def)
